Tuesday 20 March 2012

Wasiat Amirul Mukminin Ali Bin Abi Tholib untuk Husein anaknya


1. Anakku, aku berwasiat kepadamu untuk takwa kepada Allah baik di kala sendiri maupun di saat bersama orang, menyuarakan kebenaran baik engkau senangatau tidak, tetap bercita-cita baik di kala kaya maupun fakir,
Bertindak adil baik kepada teman maupun lawan, senantiasa berupaya, baik saat semangat menggelora ataupun merasa malas dan tetap ridha kepada Allah baik di kala bahagia maupung saat menderita.

2. Anakku, bukanlah keburukan yang membawa ke surga itu, apa pun wujudnya.
Dan bukanlah kebaikan yang mengantar ke neraka itu, apa pun wujudnya.
Segala kenikmatan yang menjauhkan diri dari surga adalah kehinaan.
Dan setiap penderitaan yang menjauhkan diri dari neraka adalah keberuntungan.
3. Anakku, sesungguhnya orang yang bersibuk mengerling aib sendiri
niscaya dia tak akan bersibuk mengerling aib oranglain.
Barangsiapa ridha terhadap pembagian Allah niscaya dia tak akan resah dengan segala yang tak ia dapatkan. Barangsiapa menghunus pedang kedhaliman niscaya dia akan terbunuh lantaran pedang itu.
Barangsiapa menggali sumur sebagai perangkap bagi orang lain, niscaya dia yang tercebur sendiri.
Barangsiapa membuka tutup orang lain, niscaya auratnya sendiri akan terbongkar.
Barangsiapa melupakan kesalahannya sendiri niscaya ia akan membesar-besarkan kesalahan orang lain.
Barangsiapa menahan diri terhadap urusan niscaya dia yang kesulitan.
Barangsiapa mencebur ke laut niscaya ia tenggelam.
Barangsiapa yang mengagumi pendapat sendiri niscaya ia tersesat jalan.
Barangsiapa congkak dan membesar-besarkan diri kepada manusia maka dia adalah hina.
Barangsiapa memandang bodoh orang lain niscaya ia dicaci.
Barangsiapa menempuh jalan keburukan niscaya ia tertuduh hina.
Barangsiapa bergumul dengan kerendahan niscaya dia hina.
Barangsiapa berdekat-dekat dengan ulama niscaya dia wibawa.
Barangsiapa banyak senda gurau niscaya diremehkan orang.
Barangsiapa banyak berbuat niscaya dia banyak mengetahui.
Barangsiapa banyak bicara niscaya banyak pula kesalahannya.
Barangsiapa banyak salahnya niscaya tipis rasa malunya.
Barangsiapa tipis rasa malunya niscaya hatinya mati.
Dan barangsiapa hatinya mati maka nerakalah tempatnya.

4.
 Anakku, barangsiapa selalu memperhatikan kesalahan-kesalahan orang lain
sementara dia biarkan kesalahan-kesalahan itu menancap pada dirinya sendiri,
maka itulah sebenarnya ketololan yang telanjang.
Barangsiapa berupaya berpikir tentu dia mengambil pelajaran.
Dan barangsiapa mengambil pelajaran tentu menjaga jarak dari orang lain dalam bertindak.
Dan baransiapa menjaga jarak tentu ia selamat.
Barangsiapa tidak menuruti nafsu niscaya dia merdeka,
dan barangsiapa meninggalkan sifat hasud niscaya di antara manusia dia adalah orang yang dicinta.

5. Anakku, kebanggaan orang mukmin adalah kemandiriannya di antara manusia.
Dan sifat qana_,ah adalah kekayaan tiada habisnya.
Barangsiapa banyak-banyak mengingat mati niscaya dia dapat menerima bagian dunianya yang sedikit.
Barangsiapa sadar bahwa bicaranya adalah bagian dari amal perbuatannya niscaya dia sedikit bicara,
kecuali dalam hal-hal yang bermanfaat.
Mengingat (dzikir) adalah cahaya,
sedangkan lupa adalah kegelapan
.
Kebodohan adalah menyesatkan.
Orang bahagia adalah yang dapat mengambil pelajaran dari orang lain.
Tatakrama adalah sebaik-baik warisan
dan bagusnya kelakuan adalah sebaik-baik teman.
6. Anakku, memutus tali kasih antara saudara tak akan membuatmu kian kaya,
dan kejahatan tidak akan pernah bersama dengan kekayaan.

7. Anakku, selamat terdapat dalam sepuluh tindakan. Yang sembilan adalah dalam diam,
kecuali dengan berdzikir kepada Allah, dan yang satu menghindar dari majlis orang-orang bodoh.
Barangsiapa berhiaskan diri dengan maksiat-maksiat kepada Allah, niscaya dia akan mewarisi kehinaan.
Di antara kekayaan iman adalah sabar terhadap musibah atau pun segala yang tak mengenakkan.

8. Anakku, barangsiapa menuntut ilmu niscaya ia berilmu.
Pokok ilmu adalah sikap kasih sayang dan bencananya adalah lemah pikiran.

9. Anakku, banyak melancong hanya melahirkan kebosanan.
Diam sebelum mencoba adalah lawan dari keteguhan.
Kekaguman seseorang terhadap diri sendiri adalah petunjuk betapa lemah pikirannya.
Menjaga diri adalah perhiasan di saat fakir dan syukur adalah hiasan di saat kaya.

10. Anakku, sudah berapa banyak perhatian yang justru mendatangkan penyesalan.
Dan berapa banyak kata-kata yang justru melenyapkan kenikmatan. Tiada kemudian yang lebih tinggi dari Islam, dan tak ada kedermawanan yang lebih dibanggakan daripada ketaqwaan.
Tak ada tali pengikat yang lebih kuat daripada sikap wara_,
dan tak ada penolong yang lebih bermanfaat daripada taubat.
Tak ada pakaian yang lebih indah daripada keselamatan.
Dan tiada harta yang lebih melenyapkan kefakiran daripada sikap ridha.

11. Anakku , barangsiapa merasa cukup dengan keadaan yang minimal niscayadia segera dalam ketentraman. Sedangkan ambisi adalah kunci kesumpekan dan menjadi tunggangan keberangan
dan pendorong melanggar dosa-dosa.
12. Anakku, cukuplah engkau bertatakrama kepada dirimu sendiri dengan sesuatu yang apabila itu terjadi kepada saudaramu engkau kurang menyukai.
Hak orang mukmin yang terletak di pundakmu adalah sepadan dengan hakmu terhadap mereka.
Barangsiapa melibatkan diri dalam berbagai urusan tanpa memperhatikan kebenarannya,
maka dia terjerumus dalam bencana.
Barangsiapa mau memperhatikan akibat niscaya dia selamat.

13. Anakku, menimbang-nimbang sebelum berbuat akan menyelamatkanmu dari penyesalan.
Barangsiapa memperhatikan berbagai pendapat tentu dia memahami konteks untuk berucap.
Sabar adalah perisai dari kefakiran.
Sedangkan bakhil adalah jilbab kemiskinan.
Dan ambisi adalah tanda-tanda kefakiran.

14. Anakku, barangsiapa mau meneliti sebab-sebab kegagalan mencapai tujuan niscaya beban akan ringan.
Saat-saat itu terus melaju menuakan usia manusia.
Bencana besar bagi para penguasa yang lalim yang memahami hati manusia.

15. Anakku, seburuk-buruk bekal adalah lawan dan bermusuhan dengan masyarakat.
Hati-hati, dalam tiap tegukan minum dan suapan makan ada bahaya yang bisa mengancam.
Engkau tak akan memperolehh suatu kenikmatan kecuali dengan mengurangi kenikmatanmu yang lain.

16. Anakku, betapa dekat jarak antara ketenangan dengan kepenatan, antara penderitaan dengan kenikmatan, serta antara kehidupan dan kematian.
Oleh karena itu, betapa beruntung orang yang memurnikan amalnya, cintanya, marahnya, bertindak dan tidaknya, kata-katanya dan diamnya hanya untuk Allah.

17. Anakku, betapa baik seorang yang berilmu lantas dia amalkan dengan penuh kesungguhan.
Dia takut lupa lantas dia siapkan segalanya. Jika ditanya dia menjawab dan apabila tidak dia pun diam.
Perkataannya adalah tepat dan diamnya adalah jawaban.

18. Anakku, bencana besar bagi orang yang ditimpa kehinaan dan kedurhakaan kepada Tuhan, dan menganggap baik apa yang ada pada dirinya yang diingkari masyarakat, dan tertimpa musibah akibat perbuatannya sendiri.

19. Anakku ,Barangsiapa lembut perkataan, niscaya cinta padanya menjadi keharusan. Barangsiapa tak memiliki sifat konsisten dan malu, maka mati lebih utama daripada hidupnya.

20. Anakku, muruah seseorang tak dapat dikatakan sempurna apabila ia tak peduli dari mana makanan-makanan yang ia makan dan pakaian-pakaian yang ia kenakan.


No comments:

Post a Comment